Jumat, 25 November 2011

SEJARAH PERKEMBANGAN ESTETIKA

Estetika sebagai usaha untuk memahami keindahan mengalami tahap-tahap
perkembangan pemikiran. Perkembangan pemikiran estetika dapat ditinjau
dari sisi sejarah dan mengemukakannya sesuai dengan pembagian logika. Salah satu periode dalam sejarah estetika yaitu :
Ø  Periode Post Modernisme
Postmodernisme bila diartikan secara harafiah kata-katanya terdiri atas ‘Post’ yang artinya masa sesudah dan ‘Modern’ yang artinya Era Modern maka dapat disimpulkan bahwa Post Modern adalah masa sesudah era Modern ( era diatas tahun 1960 an ) . Postmodernisme sendiri merupakan suatu aliran baru yang menentang segala sesuatu kesempurnaan dari Modernisme, bahkan tak jarang menentang aturan yang ada dan mencampurkan berbagai macam gaya . Postmodernisme tidak hanya berada di bidang arsitektur tetapi meliputi segala bidang kehidupan seperti sosial, politik, dan budaya. Postmodernisme muncul karena budaya modern menghadapi suatu kegagalan dalam strategi visualisasinya. Kegagalan modernisasi bukan terletak pada tekstualitasnya tetapi pada strategi visualisasinya yang seragam dan membosankan. Jika sebelumnya budaya ‘barat’ didominasi oleh budaya verbal maka kini budaya visual menggantikannya. Program aplikasi komputer yang sebelumnya banyak menggunakan bahasa verbal dan sulit dihafal, kini bahasa gambar atau ikon banyak digunakan sebagai pengganti bahasa tersebut dan ternyata mudah dipahami. Kelemahan dalam postmodernisme ialah mencampurkan gramatika dan tata bahasa visual yang tidak proporsional, contoh yang paling kentara adalah suguhan acara media tayang televisi yang menawarkan berbagai hal tanpa mencermati subjek, hierarki sosial ataupun budaya masyarakat, terlihat pada tayangan iklan rokok dilihat oleh anak-anak ataupun peristiwa serius dapat menjadi dagelan konyol ketoprak humor.
Charles Sanders Peirce (ejaan Inggris: [ˈpɜrs] purse[1]) (September 10, 1839 – April 19, 1914) adalah seorang filsuf, ahli logika, semiotika, matematika, dan ilmuwan Amerika Serikat, yang lahir di Cambridge, Massachusetts. Ia dikenal sebagai perintis ilmu semiotika (tanda) yang dalam bahasa Yunani disebut “semeion”.
Peirce dididik sebagai seorang kimiawan dan bekerja sebagai ilmuwan selama 30 tahun. Tapi, sebagian besar sumbangan pemikirannya berada di ranah logika, matematika, filsafat, dan semiotika (atau semiologi) dan penemuannya soal pragmatisme yang dihormati hingga kini.
Peirce melangkah lebih jauh daripada Saussure dengan latar belakang sebagai ahli filsafat, ia dapat melihat dunia di luar struktur sebagai struktur bermakna. Berbeda dengan Saussure dengan konsep diadik, Peirce menawarkan konsep triadik sehingga terjadi jeda antara oposisi biner. Pierce jugalah yang mengembangkan teori umum tanda-tanda, sebaliknya Saussure lebih banyak terlibat dalam teori linguistik umum.
Pada dasarnya Peirce tidak banyak mempermasalahkan estetika dalam tulisan-tulisannya. Akan tetapi teori-teorinya mengenai semiotika/tanda menjadi dasar pembicaran estetika generasi berikutnya. Menurutnya makna semiotika/tanda yang sesungguhnya adalah mengemukakan sesuatu. Tanda harus diinterpretasikan agar dari tanda yang orisinil berkembang tanda-tanda yang baru. Tanda selalu terikat dengan sistem budaya, tanda-tanda tidak bersifat konvensional, dipahami menurut perjanjian, tidak ada tanda yang bebas konteks. Tanda/semiotika selalu bersifat plural, tanda-tanda hanya berfungsi kaitannya denga tanda lain. Tanda merah dalam lampu lalu lintas, selain dinyatakan melalui warna merah, juga ditempatkan pada posisi yang paling tinggi, dua tampil secara bersamaan sebagai denotatum dan interpretant.  Dalam pengertian Peirce, fungsi referensial didefinisikan melalui triadik ikon, indeks, dan simbol. Tetapi interpretasi holistik juga harus mempertimbangkan tanda sebagai perwujudan gejala umum, sebagai representamen (qualisign, sinsign, dan legisign) dan tanda-tanda baru yang terbentuk dalam batin penerima, sebagai interpretant (rheme, dicent, dan argument). Tetapi Peirce membedakan ada tiga jenis tanda, diantaranya :
1.      Ikon
Ikon merupakan tanda yang menyerupai obyek/benda yang diwakilinya atau tanda yang menggunakan kesamaan ciri-ciri dengan yang dimaksudkan.
2.      Indeks
Adalah tanda yang sifatnya tergantung pada keberadaan suatu denotatum atau penanda.
3.      Simbol/Lambang
Adalah tanda dimana hubungan antara tandadengan denotatum atau penanda ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum atau kesepakatan bersama (konvensi).

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar